Bimbingan Ibadah Fardhu ‘Ain

Judul        : Bimbingan Ibadah Fardhu ‘Ain

Jenis         : Nonfiksi

Ibadah yang benar harus didasari dengan ilmu. Karena tanpa ilmu kita tidak bisa mengartikan makna dalam ibadah kita sehingga menimbulkan berbagai kekeliruan dan kekacauan dalam menjalankan ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah  ‘azza wa  jalla. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Habib ‘Abdullah bin ‘Alwī Al-Haddād Al-Hadhramī As-Syafi’ī :

أ(واعلم) أن من عبد الله بغير علم كان الضرر العائد عليه بسبب عبادته أكثر من النفع الحاصل له بها، وكم من عابد قد أتعب نفسه في العبادة وهو مع ذلك مصر على معصية يرى أنها طاعة أو أنها غير معصية 

(Ketahuilah) orang yang beribadah tanpa ilmu akan menimbulkan bermacam-macam bahaya yang akan menimpa dirinya sendiri, dan bahayanya jauh lebih besar dari manfaatnya. Berapa banyak orang yang bersusah payah dalam beribadah, tetapi tidak mendapatkan pahala karena ibadahnya tidak didasari dengan ilmu. Bahkan ia masih tetap melakukan maksiat, sebab ia menganggap itu adalah perbuatan taat atau bukan maksiat.” 

(Risālah al-Mu'āwanah wa al-Mudhāharah wa al-Muāzarah, cet., Dār al-Hāwī, 1994 M/1414 H, halaman 73)

Oleh karena itu, buku yang disajikan dihadapan pembaca ini sangat penting dipelajari dan dimengerti oleh semua umat Islam yang mukallaf aqil-baligh, baik pria, wanita maupun orang–orang yang sudah berumah tangga.  Tujuan mempelajari ilmu fardhu ‘ain agar ibadah yang dikerjakan itu sah sesuai dengan ketentuan-ketenuat syariat dan diterima di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Al-Imam Al-‘Ālim Al-‘Allāmah Ahmad bin Ruslān As-Syafi’ī dalam kitabnya Matan Az-Zubad :

وَكُلُّ مَنْ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ • أَعْمَالُهُ مَرْدُوْدَةٌ لاَ تُقْبَلُ

“Dan setiap yang beramal tanpa ilmu – Amalan-amalannya tertolak tidak tidak diterima.”

(Matan Az-Zubad, cet., Mesir : Isa al-Bābi al-Halabī, halaman 4)