Sahabat Penulis
| Fast Response WA 0813-6160-2290
Informasi

Klik Ikon di bawah untuk menuju akun sosial media dan toko online kami

    »    POST    »    MASJID AL-MASSAWA: Eksistensi Komunitas Arab di Tanah Deli

MASJID AL-MASSAWA: Eksistensi Komunitas Arab di Tanah Deli



Judul          MASJID AL-MASSAWA: Eksistensi Komunitas Arab di Tanah Deli

Jenis           : Nonfiksi

Penulis       Samsul Bahri

ISBN          : 978-623-8266-33-3

Harga        : Rp55.000 

Blurb        

Banyak yang mengira kalau masjid-masjid tua di kota Medan hanya Masjid Raya Al-Mashun, Masjid Osmani di Labuhan, Masjid Maraset, Masjid Datuk Muhammad Ali Kesawan atau Masjid Lama Gang Bengkok. Patut diketahui bahwa Masjid Al-Massawa yang biasa disebut dengan Masjid Arab yang terletak di dekat pusat bisnis Kesawan (Pajak Ikan Lama) adalah bagian dari masjid-masjid tua itu bahkan lebih dulu pembangunannya dari Masjid Raya Al-Mashun (1906-1909) yang selama ini menjadi ikon di kota Medan. Masjid Al-Massawa sudah mulai dibangun tahun 1889 M atau 1311 H oleh komunitas Arab yang saat itu masih berbentuk musholla kecil. Tanah pertapakan Masjid Al-Massawa merupakan wakaf dari Syaikh Abdurrahman Al-Massawa. Dengan demikian masjid ini telah menjadi simbol dari eksistensi masyarakat Arab di Tanah Deli sejak era kolonial hingga saat ini. Tidak jarang muncul anggapan bahwa masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para muslim modernis. Apalagi ada seorang ulama dari Makkah yakni Syaikh Mahmud Khaiyath yang memusatkan kegiatan dakwahnya di masjid tersebut. Pihak kesultanan dan ulama-ulama tradisional di Tanah Deli menilai Syaikh Mahmud Khaiyath kala itu adalah seorang ulama yang progresif bahkan kontroversi diluar dari kebiasaan yang ada di tengah masyarakat. Berbagai terobosan dilakukannya mulai dari mempelopori khutbah Jum’at dengan berbahasa Indonesia, mempelopori shalat Idul Fithri dan Idul Adha di lapangan, dan lain sebagainya. Syaikh Mahmud Khaiyath telah menjadi tokoh besar di Medan pada zamannya yang sekaligus dikenal sebagai pejuang kemerdekaan. Pada era Orde Lama masjid ini tetap menjadi sorotan karena Syaikh Mahmud Khaiyath dan pendakwahnya yang lain kerap melontarkan kritik pedas kepada pemerintah yang dinilai sudah dikendalikan kelompok kiri. Begitu juga pada zaman Orde Baru sikap kritis para pendakwahnya tidak berubah.

Pemesanan:  Whatsapp 0813-6160-2290